Oleh Jansen H. Sinamo
MINGGU lalu sebuah email berisi kisah berikut ini masuk ke dalam inbox saya. Ceritanya, seorang ayah menjelang ajalnya, di depan isterinya, memesankan dua hal kepada kedua anak lelakinya. Pertama, jangan pernah menagih hutang dari orang yang berhutang kepadamu. Kedua, jika ke toko jangan pernah mukamu terkena sinar matahari.
Waktu berjalan terus. Dan beberapa tahun kemudian anak yang sulung bertambah kaya sedangkan yang bungsu semakin miskin.
Sang ibu yang tahu persis nasihat mendiang suaminya menanyakan soal ini kepada mereka. Jawab anak bungsunya: Ini karena aku menaati pesan ayah. Ayah berpesan bahwa aku tidak boleh menagih hutang kepada orang lain. Akibatnya modalku susut terus karena orang-orang yang berhutang itu tidak mau membayar sementara aku tidak boleh menagih. Juga ayah berpesan supaya kalau ke toko dan sebaliknya aku tidak boleh kena sinar matahari. Akibatnya aku harus naik becak atau andong, padahal sebetulnya aku bisa jalan kaki, dan karena pesan ayah itu, pengeluaranku bertambah banyak.
Jawab anak sulungnya: Ini karena aku menaati pesan ayah. Ayah berpesan supaya aku tidak menagih kepada orang yang berutang, maka saya tidak pernah memberi hutang sehingga tidak perlu ada tagih menagih, dan dengan demikian modalku tidak pernah susut, malah bertambah. Juga ayah berpesan supaya jika ke toko aku tidak boleh terkena sinar matahari, maka saya berangkat sebelum matahari terbit dan pulang sesudah matahari terbenam. Toko kubuka sebelum toko lain buka, dan kututup sesudah toko lain tutup. Karena kebiasaan itu, orang jadi tahu bahwa jam kerja tokoku lebih lama, sehingga penjualanku lebih banyak.
()()()
Kisah di atas menunjukkan bagaimana sebuah kalimat, sebuah pesan atau nasihat---termasuk pengalaman dan kejadian yang buruk sekalipun---jika ditanggapi dengan persepsi dan tafsiran yang berbeda, akan membuahkan perilaku yang berbeda dan karenanya: hasil yang berbeda pula.
Jika ditafsirkan dan ditanggapi dengan positif maka segala sesuatu---sekali lagi: segala sesuatu---sebenarnya adalah jalan dan rambu-rambu bagus menuju sukses.
Kata kuncinya: tafsiran dan tanggapan positif---positive interpretation and response---yang secara total akan mengharmoniskan semua fakultas diri kita: kesadaran, pikiran, pendapat, perasaan, harapan, keyakinan, perhatian, niat, sikap, tekad, fokus, bahasa, gerak-gerik, dan segenap tingkah laku kita menjadi positif dan konstruktif.
Kalau sudah begitu, terjadilah mestakung---semesta mendukung: artinya keluarga, teman, saudara, situasi, kondisi, bahkan kosmos dan Tuhan semuanya mendukung anda untuk mencapai dan mengalami sukses yang penuh sukacita dan kebahagiaan.
Jadi, apapun kata pakar tentang tahun 2009, buat kita tersedia satu pilihan cantik: songsong dan masukilah 2009 dengan segenap keterbukaan dan kepositifan.
Selamat Tahun Baru. All the best.
1 comment:
Post a Comment