Sunday, January 14, 2007

WAWANCARA DENGAN TUHAN


Oleh Jansen H. Sinamo

Tiba-tiba, Tuhan begitu saja muncul di serambi sorga dimana seorang wartawan majalah top Kristen sudah menunggu-Nya untuk sebuah wawancara khusus. Tuhan langsung menyapa.

TUHAN: Selamat pagi wartawan muda, benarkah kau ingin mewawancarai Aku?

WARTAWAN: Ya, sekiranya Tuhan punya waktu sedikit.

TUHAN: O, waktu-Ku adalah kekekalan. Tak masalah itu! Apa pertanyaanmu?

WARTAWAN: Terima kasih. Apa yang paling mengherankan bagi Tuhan tentang kami manusia?

TUHAN: Menurut-Ku, kalian itu makhluk yang aneh. Pertama, suka mencemaskan masa depan sampai lupa hari ini. Kedua, kalian hidup seolah-olah tidak bakal mati dan mati seolah-olah tidak pernah hidup. Ketiga, kalian cepat bosan sebagai anak-anak dan terburu-buru ingin dewasa. Namun sesudah dewasa rindu lagi jadi anak-anak: suka bertengkar, ngambek, ngeyel, dan ribut karena soal-soal sepele. Keempat, kalian rela kehilangan kesehatan demi mengejar uang, tetapi membuangnya kembali untuk mengembalikan kesehatan itu. Hal-hal begitulah yang membuat hidup kalian susah.

WARTAWAN: Lantas apa nasihat Tuhan agar kami hidup bahagia?

TUHAN: Lho? Semua nasihat ‘kan sudah pernah Kuberikan. Ini satu lagi keanehan kalian: suka melupakan nasihat-Ku. Tetapi karena majalahmu dibaca semua orang sedangkan hadirat-Ku makin sepi saja, baiklah Kuulangi beberapa yang terpenting. (1) Kalian harus sadar bahwa mengejar rezeki adalah sebuah kesalahan. Yang seharusnya kalian lakukan ialah menata diri agar kalian layak dikucuri rezeki. Jadi jangan mengejar rezeki, tetapi biarlah rezeki yang mengejar kalian. (2) Siapa yang kalian miliki lebih berharga daripada apa yang kalian punyai. Jadi perbanyaklah teman, kurangi musuh. Ingat, seribu kawan masih kurang, satu lawan terlalu banyak. (3) Membandingkan rezeki sendiri dengan rezeki orang lain adalah sebuah kebodohan. Kalian seharusnya mensyukuri apa yang sudah kalian terima. Khususnya, kenalilah talenta dan potensi yang kalian miliki lalu kembangkanlah itu sebaik-baiknya, maka kalian akan menjadi manusia unggul. Pada kondisi ini juga lah rezeki akan selalu mengikuti kalian. (4) Orang terkaya di antara kalian bukanlah dia yang mengumpulkan paling banyak, tetapi dia yang paling memerlukan sedikit sehingga masih sanggup memberi bagi sesamanya. (5) Orang terbesar di antara kalian ialah dia yang menolong orang lain menjadi besar, bukan yang membesarkan dirinya dengan mengejar berbagai gelar dan jabatan. Yang terakhir ini mendatangkan sinisme sedangkan yang pertama mendatangkan afeksi. Jadi, kalian harus mendalami lagi makna pelayanan. (6) Dua orang bisa melihat dan mengalami hal yang sama tetapi menghayatinya secara berbeda, jadi belajarlah memahami pikiran dan perasaan orang lain. Secara khusus, jangan pernah memutlakkan pendapat kalian sendiri. Bertanya, mendengar, dan berdialog lebih baik daripada beropini, berteori, dan saling membantah. (7) Bila kalian berbuat salah, tidak cukup hanya mendapat ampunan dari-Ku, tetapi kalian juga harus belajar mengampuni diri sendiri. Itu saja. Bila kalian mengamalkan tujuh nasihat ini niscaya kalian baik-baik saja.

WARTAWAN: Dahulu lewat Nabi Musa Tuhan memberikan Sepuluh Nasihat, tidakkah Tuhan menambah dua lagi agar sempurna?

TUHAN: Memang sepuluh itu angka sempurna, tetapi tujuh juga sempurna. Jadi, itu sudah lengkap. Tapi karena kau wartawan pemberani Ku-beri bonus satu: Ingatlah, dalam semua kesusahan kalian, Aku selalu siap membantu. Jadi, jangan kalian sia-siakan keahlian-Ku. Dan Aku pun masih seperti yang dulu: Maha Pengasih lagi Maha Penyayang! Segitu aja. Semoga kalian sukses dan selalu bahagia!

Diadaptasi dari epilog buku Mengubah Pasir Menjadi Mutiara oleh Jansen H. Sinamo (Edisi 3, Penerbit Mahardika, Jakarta, 2007).

No comments:

.................................................................................................

Selalu ada pagi. Secangkir kopi. Sepotong cemilan. Dan lalu lintas percakapan. Mulanya pertemuan tidak teratur. Lama-lama jadi rutin. Dan Jansen Sinamo senang hati membagi-bagi pikirannya. Ia percaya pada hukum kekekalan energi. Bahwa keindahan dari menebar rahmat adalah karena suatu saat ia akan kembali kepada penebarnya. Ini lah Candid Talks with Jansen Sinamo, kumpulan laporan coffee morning talk dengan dia, Guru Etos Indonesia. Semoga bermanfaat.Ingin menghubungi Jansen Sinamo? Kontak: Instut Dharma Mahardika, Pulogebang Permai Blog G-11/12, Jakarta 13950; Telp.021-480 `514; Faks 021 4800429