Sunday, January 14, 2007

SEPI DI LUAR MERIAH DI DALAM


Oleh Jansen H. Sinamo

Pernahkah Anda merasa sepi di tengah banyak orang? Saya pernah. Di bus kota. Dengan wajah-wajah statis dan mata-mata beku semua berhening dalam pikiran sendiri. Tak ada interaksi sesama orang-orang yang tubuhnya berimpitan sangat rapat. Ini namanya sepi di luar sepi di dalam.

Saat lain, pada acara arisan keluarga, suasana sangat meriah. Semua saling sapa, saling tukar kabar, dan tawa gembira berkejaran bagaikan ombak susul menyusul. Ini namanya meriah di luar meriah di dalam.

Suasana ketiga: meriah di luar sepi di dalam. Contohnya pernah saya alami dalam sebuah pesawat Batam-Jakarta yang hampir semua penumpangnya anak paskibraka. Saya terselip di antara mereka yang terus meriah sepanjang udara: penuh canda, saling foto, berbagi lawak dan saling ledek. Saya ingin nimbrung tapi nggak nyambung. Akhirnya saya raih sebuah majalah lalu tertidur hingga tiba di Jakarta.

Yang paling jarang terjadi ialah sepi di luar namun meriah di dalam. Saat menulis artikel ini, tiada bunyi apapun di luar saya. Radio tidak, TV tidak, orang pun tidak. Pokoknya sepi, sendiri, hening. Tapi di dalam, pikiran dan hati saya meriah dengan ide, gagasan, dan kata-kata. Dan hatta, artikel ini pun jadi lah.

Yang mau saya bilang: Bila Anda ingin jadi manusia produktif, Anda tidak boleh merasa sepi di dalam. Sepi itu mencekam, bahkan menyiksa. Sepi itu berbahaya, karena selain non-produktif, ia bisa mengundang negativitas.

Penting diketahui: sepi itu sesungguhnya adalah kondisi di dalam, bukan di luar. Bisa saja di luar sangat meriah namun di dalam sangat sepi. Terlebih bila di luar juga sepi, di dalam bisa amat sangat sepi.

Sekarang, soal yang ingin kita jawab ialah: Bagaimana agar di dalam selalu meriah meskipun di luar sangat sepi? Saya mau usulkan empat saja.

Pertama, mari merenungkan firman Tuhan. Anjuran ini berasal dari Mz 1: 2-3 “... tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.” Buat saya ini berarti membiarkan firman Tuhan memimpin imajinasi, mengisi cita-cita, mencuatkan inspirasi, dan memenuhkan hati kita. Jika tekun melakukannya maka firman itu menjadi hayat, sikap, rasa, dan emosi yang meluap menjadi sukacita. Ramai bukan?

Kedua, mari menaikkan kidung. Hati manusia sering gonta-ganti dilanda berbagai mood, termasuk yang sepi, lesu, down, atau negatif. Jika dibiarkan maka mood-mood buruk ini akan merajai hati Anda dan Anda pun kehilangan kebahagiaan yang wajar. Usirlah mood-mood buruk itu bagai sinar matahari mengusir kegelapan. Caranya: menyanyilah. Tak perlu pakai musik. Pilih satu dua kidung yang asyik buat Anda. Hafal dan nyanyikan tiga empat kali, niscaya emosi Anda segera terbawa, hati Anda akan menjadi the singing heart dan jiwa Anda menjadi the happy soul.

Ketiga, mari berpikir antusias tentang sebuah visi, tujuan, atau target yang hebat. Betapa miskin pun kita, betapa kecil, atau betapa bodoh pun kita, jauh di lubuk hati, kita semua punya mimpi, punya cita-cita, atau punya harapan yang agung. Kejarlah itu. Percayalah, itu bisa tercapai. Yakinlah, Anda pantas utuk itu hanya karena satu sebab: Anda diciptakan serupa dan seturut dengan gambar Allah.

Keempat, menukiklah ke interior pekerjaan Anda. Jangan menganggur sebab itu tidak baik. Tapi sibukkan diri Anda dengan suatu pekerjaan yang berguna. Tak ada pekerjaan yang hina jika ia Anda tujukan demi kebaikan. Lalu tenggelamlah dalam pekerjaan itu bagaikan orang yang masuk ke ruang terdalam dari suatu ruang pamer lukisan. Anda akan menyaksikan keindahan, kemeriahan, dan keasyikan.

No comments:

.................................................................................................

Selalu ada pagi. Secangkir kopi. Sepotong cemilan. Dan lalu lintas percakapan. Mulanya pertemuan tidak teratur. Lama-lama jadi rutin. Dan Jansen Sinamo senang hati membagi-bagi pikirannya. Ia percaya pada hukum kekekalan energi. Bahwa keindahan dari menebar rahmat adalah karena suatu saat ia akan kembali kepada penebarnya. Ini lah Candid Talks with Jansen Sinamo, kumpulan laporan coffee morning talk dengan dia, Guru Etos Indonesia. Semoga bermanfaat.Ingin menghubungi Jansen Sinamo? Kontak: Instut Dharma Mahardika, Pulogebang Permai Blog G-11/12, Jakarta 13950; Telp.021-480 `514; Faks 021 4800429