Sunday, January 14, 2007

KEJUTAN DARI TUHAN


Oleh JANSEN H. SINAMO

Zakheus terkejut. Namanya disebut. Ia dipanggil oleh selebriti yang sedang naik daun: Yesus.

Zakheus sebenarnya berusaha sembunyi dari pandangan Yesus dengan menyelipkan dirinya di rerimbunan daun sebatang pohon ara besar yang meneduhi jalan berbatu kota Yerikho. Ia bertengger di sana. Ia penasaran betul ingin melihat Yesus. Konon Yesus itu nabi yang hebat. Malah ada yang bilang, ia Mesias, tokoh besar yang sudah dinanti-nanti ratusan tahun merestorasi kerajaan Daud seraya mengusir penjajah Romawi.

Tanpa diduganya sebuah wajah mendongak dengan telak, sepasang mata bening memandang lurus ke matanya. Ia tak bisa menghindar. Dan sebuah sapaan pemilik wajah lembut bermata teduh itu tertuju kepadanya, "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." Wajah Yesus sendiri, suara Yesus sendiri.

Sukacitanya melampaui rasa herannya maupun keterkejutannya. Soal dari mana gerangan Yesus tahu namanya, tidak lagi dipedulikannya. Tanpa berpikir panjang, ia melompat turun menyambut sapaan Yesus yang begitu bersahabat.

Ini sungguh kejutaan besar. Tadinya ia cuma ingin sekadar melihat Yesus, orang seperti apakah selebriti spiritual yang lagi ngetop akhir-akhir ini di seantero Galilea dan Yudea. Konon, ia juga populer di Samaria.

Berita kedahsyatan Yesus sudah didengarnya dari banyak orang: memberi makan lima ribu orang, menenteramkan tasik berbadai, menengking dan mengusir setan, menyembuhkan banyak orang sakit, bahkan membangkitkan orang mati.

Yesus itu pengkotbah hebat juga sudah diketahuinya. Kata orang yang sudah mendengar, kotbahnya penuh wibawa, seperti mencengkeram hati dan menyihir pikiran. Memukau pokoknya. Mencengangkan. Ajaran-ajarannya baru tetapi tidak asing sama sekali. Bahasanya segar, kreatif, dan cerdas. Kotbah Yesus menguatkan iman, menghiburkan hati, dan membuka ruang harapan serta mengobarkan semangat.

Namun demikian, kata orang, Yesus itu sangat bersahaja, tanpa pretensi, genuine dan rendah hati. Ia mau makan dan bersahabat dengan orang biasa, bahkan dengan orang-orang rendah yang dicap masyarakat sebagai pendosa: pelacur, pemungut cukai, dan antek-antek Romawi.

Saat mendengar kabar Yesus akan melewati kotanya, hal itu memantikkan secercah harapan di hati Zakheus. Mungkinkah saat di Yerikho ini Yesus mau juga kuundang makan dan ngobrol di rumahku: si brengsek, si pendosa, dan si penghianat bangsa ini? Sudah lelah ia memanggul cap keji itu. Sudah jemu ia memikul rasa sakit karena disingkiri bangsa sendiri, keluarga sendiri.

Belum tuntas dia memikirkan hal itu, Zakheus kaget oleh sapaan Yesus. Kejutan Tuhan itu serta merta meledakkan sukacita tak terpemanai di jiwanya dan merambatkan kegembiraan ke seluruh tubuhnya. Ingin rasanya ia memeluk Yesus. Zakheus lalu merentangkan tangannya, dan sambil menekuk lutut dalam-dalam ia merebut kedua tangan Yesus ke dadanya, dan menggenggamnya dengan takzim penuh afeksi.

Tetapi segera didengarnya suara-suara penuh dengki dari kerumunan orang yang sedari tadi mengikuti langkah-langkah Yesus, "Ia menumpang di rumah orang berdosa."

Semua tercekat. Dan suasana hening itu terasa betul sebagai diam yang membahana: mempertanyakan keramahan Yesus dan menggugat kelayakan Zakheus.

Tetapi hati yang telah dijamah Tuhan itu segera memecahkan keheningan yang mencekam itu dengan suara eksplisit yang jauh lebih membahana. "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat."

Tak menyangka, massa semakin diam. Ketegangan serasa menghimpit.

Dan kali ini Yesus yang mencairkan suasana: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."

Buat kita semua: Yesus masih tetap seperti yang dulu. Mari kita datang seperti Zakheus: penuh harap, ingin bergaul lebih jauh, dan bersikap otentik. Semoga anda pun mendapat kejutan dari Tuhan.

1 comment:

pargodungan said...

salam,
kejutan dari Tuhan selalu datang secara tiba-tiba dan tidak disangka-sangka. bahkan, terkadang kejutan itu tidak disadari sama sekali. lama setelah peristiwa itu terjadi, barulah orang menyadarinya.

.................................................................................................

Selalu ada pagi. Secangkir kopi. Sepotong cemilan. Dan lalu lintas percakapan. Mulanya pertemuan tidak teratur. Lama-lama jadi rutin. Dan Jansen Sinamo senang hati membagi-bagi pikirannya. Ia percaya pada hukum kekekalan energi. Bahwa keindahan dari menebar rahmat adalah karena suatu saat ia akan kembali kepada penebarnya. Ini lah Candid Talks with Jansen Sinamo, kumpulan laporan coffee morning talk dengan dia, Guru Etos Indonesia. Semoga bermanfaat.Ingin menghubungi Jansen Sinamo? Kontak: Instut Dharma Mahardika, Pulogebang Permai Blog G-11/12, Jakarta 13950; Telp.021-480 `514; Faks 021 4800429