Sunday, January 14, 2007

GOD LOVES STORY


Oleh Jansen H. Sinamo

Lalu Yusuf memasang keretanya dan pergi ke Gosyen, mendapatkan Israel, ayahnya. Ketika ia bertemu dengan dia, dipeluknyalah leher ayahnya dan lama menangis pada bahunya. Berkatalah Israel kepada Yusuf: "Sekarang bolehlah aku mati, setelah aku melihat mukamu dan mengetahui bahwa engkau masih hidup."

Pada saat guru sekolah minggu saya dahulu mendemonstrasikan klimaks cerita di atas yang dipetik dari Kej 46, tanpa kecuali kami semua menangis, terharu dalam luapan sukacita. Saat itu saya kelas tiga SD. Guru kami itu memang jago cerita. Ia tidak sekedar menuturkan kisah-kisah Alkitab, tetapi mendramakannya dengan sangat hidup.

Sejak bisa membaca, saya sangat menggemari Alkitab, bukan karena sangat rohani, tetapi karena saya gemar sekali akan cerita-ceritanya. Maklum, di zaman baru mulainya penumpasan PKI itu dulu, bacaan sangat kurang dimana-mana. Di rumah kami, Alkitab tidak punya saingan sama sekali.

Begitulah, setamat SMP, semua cerita Alkitab mulai dari kisah Adam-Hawa di Perjanjian Lama sampai kisah murid-murid Yesus yang mendadak jadi pemberani pada saat turunnya Roh Kudus di Perjanjian Baru, boleh dibilang sudah saya kuasai. Kisah-kisah itu sampai sekarang, 40 tahun kemudian, tetap sangat hidup di benak saya bagaikan VCD yang bisa saya putar kapan saja.

Barulah ketika dewasa kelak, saya baru sadar bahwa Alkitab hampir semuanya terdiri dari cerita, tepatnya rangkaian cerita yang sambung-menyambung. Juga, berbeda dari cerita-cerita sekuler, cerita-cerita kitab suci selalu menghadirkan Tuhan sebagai protagonis utama. Bahkan, Tuhan sering tampil sebagai sutradara. Secara implisit saya tahu jelas Tuhan senang dengan cerita.

Namun demikian, ketika Marc Gafni dalam Soul Prints mendakwahkan dengan gamblang: God loves story, tak urung saya kaget juga. Kata Gafni, sama seperti jari punya sidik, jiwa juga punya sidik yang singular. Hanya saya yang punya sidik jari seperti yang saya punya di antara enam milyar penduduk Bumi. Hanya anda yang punya sidik jari seperti yang anda punya di antara enam milyar manusia di planet ini. Analog dengan sidik jari: sidik jiwa kita juga sangat unik, pertikular, dan singular. Tidak ada duanya di alam semesta.

Apa yang dimaksud Gafni dengan sidik jiwa? Tidak lain adalah kisah hidup. Tuhan tidak membuat tubuh dan rupa kita sama dan sebangun. Kisah hidup kita pun tidak ada yang persis sama. Ini mudah difahami. Andai kelak kita semua menulis biografi kita maka dapat dipastikan tidak akan ada dua buku biografi yang sama.

Memahami bahwa kita adalah sebuah cerita berarti hidup kita yang sekarang adalah story in the making, kisah yang sedang dibuat. Anda dan saya belum selesai ceritanya.

Cerita yang bagus ada plotnya, ada konfliknya, ada tikungan-tikungannya, dan ada karakter-karakternya baik yang protagonis maupun antagonis. Juga tentu, ada iramanya, kadang lambat kadang penuh gesa dan akselerasi. Dan sudah pasti: mesti ada pesan yang bagus.

Hidup Yakub begitu rumit, berkelok-kelok, dan bertikungan sangat tajam, tapi justru karena itulah kisah hidupnya jadi sangat menarik. Dramatis. Demikian juga kisah Yusuf, Musa, atau Daud.

Maukah kisah hidup anda menarik, dramatis, dan penuh warna? Dan ketika hidup anda kelak dibukukan banyak orang yang antri membeli biografi anda itu serta menimba hikmah dan inspirasi?

Jika ya, hiduplah dengan otentik. Itu berarti bergulat dan bergumul dengan Tuhan sama seperti Abrahan, Yakub, Yusuf, Musa, Daud serta puluhan pahlawan-pahlawan kehidupan seperti yang dituturkan dalam kitab suci.

No comments:

.................................................................................................

Selalu ada pagi. Secangkir kopi. Sepotong cemilan. Dan lalu lintas percakapan. Mulanya pertemuan tidak teratur. Lama-lama jadi rutin. Dan Jansen Sinamo senang hati membagi-bagi pikirannya. Ia percaya pada hukum kekekalan energi. Bahwa keindahan dari menebar rahmat adalah karena suatu saat ia akan kembali kepada penebarnya. Ini lah Candid Talks with Jansen Sinamo, kumpulan laporan coffee morning talk dengan dia, Guru Etos Indonesia. Semoga bermanfaat.Ingin menghubungi Jansen Sinamo? Kontak: Instut Dharma Mahardika, Pulogebang Permai Blog G-11/12, Jakarta 13950; Telp.021-480 `514; Faks 021 4800429